Dalam dunia perdagangan, salah satu tumbuhan asli yang hidup di Indonesia ini sering disebut dengan sandalwood. Biasanya di provinsi Kabupaten Malu Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menjadi pohon yang tumbuh dengan endemik. Pohon cendana sudah tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia seperti Yogyakarta, Bondowoso, Maluku, Jember dan sebagainya.
Nama latin dari pohon yang satu ini adalah Santalum album L. Nama pohon ini di setiap daerah berbeda-beda, misalnya di daerah Dayak disebut Sindana, Jawa menyebutnya Candana dan Candani, Timor menyebutkan Ai Kamelin, Sulawesi Utara menyebutnya Sondana dan masih banyak lagi yang lainnya.
Mengenal Cendana
Ada sekitar 29 spesies dari pohon cendana ini, yang tersebar di beberapa kawasan seperti India, beberapa negara di kepulauan pasifik, Indonesia, Australia dan sebagainya. Pada beberapa daerah tersebut, cendana ini mampu tumbuh dengan baik. Dari jumlah spesies yang ada, hanya ada beberapa saja yang dimanfaatkan karena di dalamnya terkandung aroma dan kadar minyak.
Dua spesies yang lainnya bahkan sudah dinyatakan punah, yaitu spesies Santalum frevenitianum dan homoi. Terdapat kandungan senyawa santalol di dalam pohon tersebut, sehingga munculah aroma kayu cendana yang sangat harum. Kandungan itu banyak terdapat di bagian akar dan batangnya. Tak heran jika senyawa tersebut juga sering dipakai sebagai bahan pembuatan kosmetik dan obat-obatan.
Kandungan santalol yang rendah pada kayu yang dihasilkan oleh pohon ini biasanya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kerajinan tangan, ukiran dan bahan lainnya yang nilai ekonominya tinggi. Kayu dari pohon cendana ini banyak banyak diminati oleh orang-orang di luar negeri sana, tak heran jika kayu ini sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa Eropa sejak abad ke 15.
Keunggulan dari kayu cendana ini adalah memiliki aroma yang wangi dan khas.
Taksonomi
Kingdom | Plantae |
Jenis | S.Album L |
Divisi | Spermatophyta |
Genus | Santalum |
Sub Divisi | Angiospermae |
Famili | Saltalaceae |
Sub Kelas | Rosidae |
Ordo | Santales |
Kelas | Dicotyledonae |
Ciri-ciri Pohon Cendana
Ciri pohon ini secara morfologi adalah merupakan jenis pohon yang mampu menggugurkan daunnya, dan pertumbuhannya bisa mencapai ketinggian 20 m dan memiliki diameter batang sekitar 40 cm. Bagian akarnya tidak memiliki banir, tajuknya melebar atau bisa juga ramping, batangnya agar berlekuk dan berbentuk bulat.
Daun pada pohon cendana ini tunggal, warnanya hijau, ukurannya kecil yaitu sekitar 4-8 cm x 2-4 cm. Bentuk daunnya menyerupai pasa, bagian tangkainya berwarna kekuningan dengan ukuran panjang sekitar 1-1,5 cm dan bagian pinggirannya bergelombang.
Cendana juga memiliki bunga berbentuk payung dengan hiasan yang bentuknya seperti lonceng dan menyerupai tabung. Panjang bunganya sekitar 1 cm dengan warna kuning di awal dan berubah menjadi merah kecoklatan. Untuk bentuk buahnya hampir sama dengan bentuk batu, ukurannya kecil, warnanya merah kehitaman dan jorong.
Buahnya memiliki endokarp yang keras dengan adanya garis yang memanjang dari mulai ujung ke bagian pangkalnya. Pada saat sudah matang warna buah akan berubah menjadi hitam dan ukuran diameternya menjadi 1×0,75 cm.
Musim Buah dan Berbunga
Bagi pohon yang usianya sudah mencapai 5 tahun maka setiap dua kali dalam setahun akan menghasilkan buah dan juga bunga. Bunga akan tumbuh mulai dari bulan Mei sampai Juni dan buahnya akan tumbuh pada September sampai Oktober. Pada bulan Desember sampai Januari bunga akan kembali tumbuh dan di bulan Maret sampai April, buahnya pun akan mulai matang.
Habitat Cendana
Jenis tanah yang cocok dengan pertumbuhan pohon ini diantaranya yaitu tanah yang memiliki tekstur lempung atau sedang, vulkanik basa dan tanah dangkal, tanah dari bahan utama gamping, batu lanau, dan batu pasir. Tutorial cara mengecek merek dagang terbaru dengan mudah
Pohon ini juga akan menghasilkan jenis kayu yang baik walaupun tumbuh di tanah yang dangkal, kurang subur, berbatu dan sebagainya.
Jenis Cendana
Jenis pohon cendana ini terdiri dari dua macam yaitu cendana merah dan putih. Biasanya jenis cendana putih tumbuh di daerah Alor, Pulau Flores, NTT, Lomblen, Rote, Adonara dan masih banyak lagi. Untuk pohon cendana jenis merah biasanya ditemukan di kawasan India dan Funan. Kualitas kedua kayu ini juga berbeda, untuk cendana putih memiliki kualitas wangi yang lebih baik dibanding jenis merah.
Habitat
Pohon ini lebih cocok hidup di hutan padang rumput dan juga semak belukar, terutama di kawasan yang beriklim tropis sampai sub tropis. Pohon ini juga bisa tumbuh di daerah yang mengalami musim kemarau panjang. Tipe iklim D dan E merupakan jenis iklim yang sesuai untuk pertumbuhan cendana. Tanah yang digunakan untuk tempat tumbuh cendana, harus memiliki sistem drainase yang baik.
Ukuran ketinggiannya mencapai 50-1200 mdpl, dengan struktur tanah yang biasanya terdiri dari batuan induk kapur atau vulkanik. Namun untuk jenis tanah yang tergenang dengan air tidak akan membuat pohon ini bertumbuh dengan hasil yang baik. Kualitas kayu cendana yang bagus biasanya terdapat pada pohon yang ketinggiannya sekitar 600-900 mdpl.
Hutan sabana yang terbuka juga bisa menjadi tempat bertumbuh yang baik bagi pohon ini, karena cendana membutuhkan sinar matahari yang cukup. Pohon sabana biasanya mudah ditemukan di tanah yang dangkal dan berbatu dan pohon ini akan tumbuh dengan subur. Namun pohon ini juga tidak dapat beradaptasi dengan baik pada tanah yang memiliki kandungan garam serta kapur yang cukup tinggi.
Sebaran Pohon Cendana
Awalnya pohon ini berasal dari Negara India karena di sana terdapat tegakan alami tepatnya di daerah Mysore. Namun menurut ahli botani yang berasal dari Indonesia pohon ini berasal dari Kepulauan Busur Luar Banda dan letaknya ada di antara Pulau Timor dan Sumba.
Pohon ini terdiri dari 29 jenis yang tersebar secara luas di hampir seluruh kawasan Asia. Cendana telah menjadi pohon khas dari NTT, yang juga tumbuh di beberapa hutan tanaman dan alam yang berada di Gunung Kidul, Sulawesi, Bondowoso, Bali dan sebagainya.
Kayu Cendana
Kayu yang dihasilkan dari pohon cendana ini dikenal sebagai pohon yang mampu menghasilkan minyak atsiri dengan aromanya yang khas, baik dari ranting, akr ataupun bagian kayunya. Setiap bagian dari kayu cendana ini memiliki hasil atau kadar minyak yang tidak sama.
Biasanya bagian akarnya menjadi penghasil minyal dengan jumlah terbanyak yaitu sejumlah 10%. Lain halnya dengan jumlah kadar minyak yang berasal dari bagian kayu batangnya, yaitu 4-8%. Sedangkan prosentase 2-4% lainnya berasal dari bagian ranting.
Kandungan senyawa santanol menjadi sumber wangi minyak cendana tersebut, yang terdapat di beberapa bagian tertentu seperti ranting, akar dan batang. Bahkan senyawa tersebut sering digunakan untuk bahan pembuatan kosmetik.
Manfaat lainnya dari kayu cendana ini adalah bahan untuk pembuatan furnitur, misalnya lemari, meja, kursi dan sebagainya. Kualitas kayu ini cukup baik sehingga sering juga digunakan untuk bahan konstruksi. Tingkat keawetan dan kekuatan pada kayu cendana ini berada di kelas II. Sifat dari kayu ini adalah keras, sehingga proses pengerjaan industri yang memakai kayu ini terbilang sulit.
Manfaat Pohon Cendana
Nilai ekonomi pada kayu ini cukup tinggi, karena terdapat wangi yang sangat khas dari kayu tersebut. Tak heran jika banyak orang yang menyukai kayu ini dan memanfaatkannya untuk segala jenis bidang. Bukan hanya untuk bahan kosmetik saja, tetapi kayu cendana juga sering dimanfaatkan untuk bahan pembuatan dupa, aromaterapi, rempah-rempah, campuran parfum hingga warangka keris.
Manfaat lainnya dari kayu ini di bidang meubel adalah untuk bahan bangunan, karya seni, tasbih berbahan kayu, kerajinan, ukiran dan lain sebagainya. Manfaat lainnya di bidang kesehatan dari pohon yang satu ini biasanya dibuat terapi herbal yang juga sering dijadikan bahan untuk pembuatan obat kulit.
Aromanya yang khas ini dipercaya dapat membuat siapapun merasa tenang dan menghilangkan hawa negatif.
Wanita dan Cendana
Ramuan cendana juga banyak digunakan oleh para wanita, untuk merawat area khusus kewanitaan bahkan bisa digunakan sebagai bahan pembersih menstruasi. Cara membuat ramuannya pun mudah, yaitu dengan menggiling kulit cendana sampai teksturnya menjadi sangat halus lalu seduh dengan menggunakan air panas sampai kulitnya berubah warna.
Saring air rebusan itu disaring kemudian diminum, tujuannya adalah untuk membersihkan darah haid supaya benar-benar bersih. Pembuatan bedak dan masker juga bisa dengan menggunakan cendana, yang fungsinya untuk mengatasi kulit keriput dan berminyak.
Budidaya Pohon Cendana
Pada awal pertumbuhannya pohon ini sering dijadikan parasit, dan untuk pengecambahannya biasanya dibutuhkan pohon inang lainnya. Pohon ini agak sulit dibudidayakan karena cendana memiliki sistem perakaran yang tak sanggup mendukung kehidupannya sendiri.
Biasanya budidaya cendana ini dipadukan juga dengan jenis tanaman lainnya yang digunakan sebagai inang misalnya pada tanaman alang-alang, akasia, pongamia, albasia, dalbergia, hingga inga. Anda bisa mendapatkan bibit cendana dengan menggunakan metode semai, yaitu dengan cara sebagai berikut :
- Rendam biji cendana dalam waktu 24 jam penuh lalu jemur biji di bawah sinar matahari langsung juga selama 24 jam.
- Menggunakan media tanam yang mencakup beberapa bahan campuran seperti pasir, tanah merah, dan pupuk kandang dengan perbandingan komposisi 2:1:1.
- Anda juga bisa menanam biji cendana yang ukuran kedalamannya yaitu 2-3 cm kemudian tutup dengan tanah tipis-tipis saja.
- Lakukan penyiraman setiap hari sampai usianya mencapai 4-8 minggu dan sampai mulai tumbuh kecambah pada biji tersebut.
Langkah selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah pindahkan bibit ke lahan tanam dengan cara :
- Jika usianya sudah mencapai 1 bulan maka pindahkan bibit tadi di pagi hari.
- Membuat lubang tanam yang ukurannya 30x30x30 cm.
- Tanam bibit dengan jarak 1,5-2 m.
- Memberinya pupuk organik supaya tanaman mendapat unsur hara yang cukup.
- Melakukan penyiangan gulma kemudian berantas hama secara berkala.
Ada tiga faktor yang harus Anda perhatikan dalam membuat pohon cendana bisa tumbuh dengan maksimal, yang diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Lokasi Tanam
Pohon ini lebih suka dengan habitat yang mendapat sinar matahari yang cukup dan ditanam di lahan yang terbuka. Maka pilih lokasi penanaman pohon yang dilakukan di lahan yang luas dan terbuka, serta memiliki suhu 12-30oC. Ketinggiannya juga harus sesuai, lebih baik gunakan ukuran 600-1000 mdpl dengan 850-1200 mm curah hujan setiap tahunnya.
2. Kondisi Tanah dan Drainase
Pohon ini juga tak akan bisa tumbuh dengan baik apabila tanah yang menjadi lahan tanamnya terkena air atau bahkan tergenang. Oleh sebab itu, Anda harus memilih sistem pembuangan air hujan yang baik atau lahan yang memiliki drainase. Tanam pohon pada ukuran pH 6-7,5 dan jenis tanah lempung.
3. Tumbuhan Inang
Pohon cendana juga membutuhkan pohon inang lain agar bisa terus bertumbuh. Anda bisa menggunakan pohon inang yang mampu menghasilkan nitrogen secara tetap, seperti misalnya pohon kasuarina atau pohon akasia. Jarak tanam yang baik sebaiknya mencapai 1,5-2 m.
Cendana yang Terancam Punah
Pohon yang satu ini termasuk ke dalam jenis pohon yang rentan punah atau vulnerable. Pada tahun 1980 silam telah terjadi penebangan pada pohon cendana secara besar-besaran, sehingga jumlahnya semakin berkurang. Terjadinya kebakaran hutan serta tidak dilakukannya penanaman kembali, membuat populasi pohon cendana memiliki penurunan terus menerus.
Hanya tersisa 300 pohon di wilayah Timor, Sumba dan Alor, hal itu diperoleh dari data penelitian yang dilakukan di tahun 2010 lalu. Masih ada sekitar 1 jutaan pohon pohon cendana di wilayah yang disebutkan tadi, ketika tahun 2000. Namun kini jumlahnya sudah semakin berkurang.
Lain lagi dengan hasil penelitian di tahun 2012 yang mencatat bahwa total pohon cendana di Kabupaten Timor Tengah adalah 45 ribu. Maka dari itu, cendana kini sudah termasuk ke dalam jenis pohon yang juga terancam punah, dan dibutuhkan beberapa konservasi kembali dengan beberapa strategi contohnya sistem perkawinan, keragaman genetik, basis genetik dan lain sebagainya.
Strategi konservasi ini juga harus terus dikembangkan dan diintegrasikan dengan program konservasi nasional/regional supaya kita semua bisa mengatasi jumlah kelangkaan pohon ini.
Mengapa Banyak Orang yang Tidak Mencoba Menanam Pohon Cendana?
Usia 10 tahun pada satu pohon cendana ukurannya tidak besar, mungkin hanya sekitar seukuran paha orang dewasa. Masih diperlukan waktu sekitar 20-40 tahun kemudian jika ketinggian dan pertumbuhan pohon ini sesuai dengan yang diharapkan, baik ukuran besar ataupun diameternya.
Seorang petani yang berasal dari Pulau Bali telah membudidayakan cendana dengan menanam 5000 bibit pohon, yang dimana bibitnya pun diambil dari wilayah NTT yang selama ini menjadi salah satu wiilayah penghasil pohon cendana dengan hasil paling baik.
Alasan mengapa banyak orang yang memilih untuk tidak berbudidaya pohon ini adalah karena proses tumbuhnya sangat lama, dan media tanam yang dibutuhkan pun cukup rumit sehingga iklim, ketinggian dan suhu pada daerah tempat pohon itu ditanam menjadi hal yang sangat harus diperhitungkan kembali.
Walaupun begitu, masih ada juga petani yang mau berbudidaya pohon ini walaupun harus menunggu beberapa puluh tahun lagi untuk akhirnya bisa tumbuh sesuai harapan. Hasilnya pun belum tentu bagus, karena bisa saja pohon mati atau hasilnya kurang baik.
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus terus melestarikan pohon cendana ini karena mengingat waktu tumbuhnya yang sangat lama ditambah dengan cara budidaya dan perawatannya yang tidak mudah. Harga pohon cendana di pasaran juga terbilang tinggi, karena bukan hanya kayunya saja yang bisa dimanfaatkan tapi juga aroma wanginya yang khas.