Rantai Makanan di Hutan: Komponen dan Contohnya

7 min read

Contoh dan Penjelasan Rantai Makanan di Hutan Tropis

Bumi ini terdiri dari kumpulan ekosistem. Salah satunya adalah ekosistem hutan. Di dalam ekosistem ini terdapat komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (lingkungan fisik). Makhluk hidup tersebut mempunyai hubungan saling ketergantungan. Hubungan tersebut berupa rantai makanan atau jaring makanan. Rantai makanan di hutan Indonesia tentu saja berbeda dengan hutan di wilayah lain.

Pengertian Rantai Makanan

Pengertian Rantai Makanan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, rantai makanan adalah sebuah istilah biologi yang digunakan untuk menggambarkan proses perolehan makanan pada makhluk hidup yang terjadi secara berantai.

Rantai makanan juga dapat diartikan sebagai perpindahan energi makanan dari satu organisme ke organisme lainnya. Dengan kata lain, istilah ini berarti jenjang makanan yang bermula dari tumbuhan. Rantai makanan juga merupakan bagian dari jaring-jaring makanan.

Perpindahan energi makanan tersebut bergerak secara linear. Rantai ini berawal dari produsen lalu berlanjut ke konsumen dan akhirnya sampai pada konsumen yang paling tinggi. Perpindahan energi ini terjadi menurut urutan tertentu dan makhluk hidup di dalamnya mengalami peristiwa makan dan dimakan.

Hutan Apa yang Ada di Indonesia?

Hutan Apa yang Ada di Indonesia

Rantai makanan yang ada dalam satu hutan bersifat unik dan beragam. Hal tersebut tergantung pada jenis hutan tempat terjadinya perpindahan makanan tersebut. Di Indonesia terdapat beragam jenis hutan, misalnya hutan sabana, hutan tropis, dan hutan bakau.

Namun, mayoritas hutan yang ada di negara ini adalah hutan tropis. Oleh karena itu, bahasan rantai makanan di artikel ini akan difokuskan pada rantai makanan hutan tropis. Apakah hutan tropis itu? Hutan ini adalah hutan yang memperoleh curah hujan antara 1800 mm hingga 2000 mm setiap tahun.

Ciri-Ciri Hutan Tropis di Indonesia

Hutan tropis di Indonesia memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan jenis hutan lain di negara ini. Selain memperoleh curah hujan yang tinggi, hutan ini juga kaya akan keanekaragaman spesies. Untuk lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri lengkapnya:

1. Udaranya Sangat Lembab

Udaranya Sangat Lembab

Kelembaban tinggi di hutan ini disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab yang pertama adalah curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, keadaan ini juga disebabkan oleh penguapan daun-daun dari banyaknya pohon yang ada di hutan ini.

2. Terdapat Pohon Tinggi dengan Daun Lebat

Terdapat Pohon Tinggi dengan Daun Lebat

Karena hutan ini berada di wilayah tropis, maka hutan ini selalu memperoleh sinar matahari penuh setiap hari. Sehingga, tanaman-tanaman yang tumbuh di dalamnya dapat tumbuh dengan maksimal. Oleh karenanya, spesies pohon tertentu dapat hidup hingga puluhan meter tingginya dan daunnya lebat.

Baca Juga :  Pengertian Hutan Lindung Beserta Fungsi, Dasar dan Aturannya

3. Memiliki Struktur Vegetasi Berlapis

Memiliki Struktur Vegetasi Berlapis

Salah satu ciri khas hutan tropis adalah struktur vegetasinya yang berlapis, antara lain:

a. Lapisan Lantai Hutan

Lapisan paling bawah ini cenderung gelap karena sinar matahari kesulitan menembus lapisan-lapisan di atas lantai hutan ini. Di bagian lantai hutan, Anda akan menemukan jamur, lumut, cacing, dan tanaman merambat.

b. Lapisan Bawah Kanopi

Bagian ini memperoleh lebih banyak sinar matahari daripada yang diperoleh oleh lantai hutan. Organisme yang hidup di lapisan ini adalah ular, burung, kadal, serangga, dan pohon-pohon muda atau kerdil.

c. Lapisan Kanopi Atas

Menurut penelitian, 50 % dari spesies flora hutan tropis dapat ditemukan pada lapisan ini. Contoh hewan yang hidup di area setinggi 24-36 m ini adalah kelelawar, burung, dan primata. Tumbuhan di lapisan ini dapat tumbuh dengan lebih baik karena sinar matahari dapat menembus area ini dengan mudah.

d. Lapisan Tajuk Kanopi

Lapisan paling atas ini sangat tinggi, yaitu di ketinggian lebih dari 30 m. Di area ini terdapat berbagai makhluk hidup, contohnya: kupu-kupu, monyet, kelelawar, dan burung elang. Di sini, berbagai tumbuhan merambat di pohon-pohon tinggi yang menjulang di atas hutan.

4. Sinar Matahari Tidak Dapat Menembus Sampai Dasar Hutan

Sinar Matahari Tidak Dapat Menembus Sampai Dasar Hutan

Dikarenakan oleh lapisan vegetasi tersebut, maka sinar matahari kesulitan untuk menembus masuk hingga ke dasar hutan. Akibatnya, lantai hutan kekurangan sinar matahari dan keadaannya lembab. Sehingga, tak heran jika Anda sering menemukan lumut dan jamur di lantai ini.

5. Kaya Akan Keanekaragaman Spesies

Kaya Akan Keanekaragaman Spesies

Tanah di hutan ini banyak mengandung unsur hara dan memperoleh curah hujan tinggi. Sehingga, berbagai jenis tumbuhan dapat hidup dengan subur di hutan ini. Dengan banyaknya sumber makanan tersebut, maka tidak heran jika banyak hewan yang hidup di hutan ini. Kondisi ini kemudian akan menciptakan rantai makanan yang unik dan beragam di hutan tropis.

6. Tingkat Regenerasi Tinggi

Tingkat Regenerasi Tinggi

Unsur hara yang ada di hutan tropis, beserta air hujan dan sinar matahari, juga dapat memacu tingkat regenerasi vegetasi di hutan ini. Sehingga, pepohonan akan cepat tumbuh besar dan mengembangkan tunas-tunas baru dalam waktu yang lebih singkat.

Karena tingginya tingkat regenerasi tersebut, hutan tropis dapat memperbaiki dirinya sendiri saat terjadi kerusakan. Akan tetapi, di kasus tertentu kerusakan yang dibuat manusia terjadi dalam skala yang sangat massive sehingga hutan tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri dengan efektif.

Komponen Rantai Makanan di Hutan Tropis

Sebelumnya, telah disebutkan bahwa sumber makanan di hutan tropis ada dalam jumlah yang banyak dan, begitu pula, hewan-hewan di hutan ini. Keduanya membentuk hubungan makan dan dimakan dalam rantai makanan. Namun, rantai makanan di hutan tropis tidak hanya terdiri dari kedua hal itu saja. Terdapat beberapa komponen penyusun yang memiliki peran berbeda-beda, yakni:

1. Sinar Matahari

Sinar Matahari

Di dalam ekosistem hutan tropis, sinar matahari merupakan komponen abiotik. Meski bukan tergolong sebagai makhluk hidup, namun sinar matahari memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan di ekosistem ini.

Sinar matahari dibutuhkan oleh pohon-pohon dan organisme autotrof lainnya untuk memproduksi makanan melalui proses fotosintesis. Sinar matahari ini berguna sebagai bahan bakar dalam proses tersebut. Oleh karenanya, sinar matahari ditetapkan sebagai awal dari rantai makanan yang ada di hutan tropis.

Baca Juga :  Pengertian Hutan Sabana, Jenis, Manfaat, dan Ciri-cirinya

2. Produsen

produsen

Apa yang dimaksud produsen dalam rantai makanan di hutan? Produsen adalah organisme autotrof. Dengan kata lain, mereka adalah tumbuhan yang dapat menghasilkan makanannya sendiri tanpa bergantung pada makhluk hidup lainnya.

Dalam memproduksi makanannya sendiri, tumbuhan sangat bergantung pada sinar matahari, karbondioksida, dan air. Akar tumbuhan menyerap air dan stomata menyerap karbondioksida. Kedua komponen ini dikumpulkan di sel-sel daun. Selanjutnya, dengan bantuan klorofil dan sinar matahari, keduanya diubah menjadi oksigen dan karbohidrat.

Karbohidrat ini menjadi sumber makanan untuk tumbuhan itu sendiri maupun untuk organisme lain. Oleh karena itu, produsen menjadi salah satu kunci dalam ekosistem hutan dan rantai makanan yang ada di dalamnya. Contoh produsen di ekosistem ini adalah rumput, tanaman merambat, dan pohon buah-buahan.

3. Konsumen Tingkat 1

Konsumen Tingkat 1

Komponen selanjutnya dalam rantai makanan yang ada di ekosistem hutan adalah konsumen tingkat satu. Mereka terdiri dari hewan herbivora. Makanan utama dari hewan ini adalah tumbuhan atau yang dalam rantai makanan disebut produsen. Di hutan tropis, konsumen tingkat 1 adalah kelinci, belalang, tikus, rusa, monyet, dsb.

4. Konsumen Tingkat 2

Konsumen Tingkat 2

Selain itu, ada pula konsumen tingkat 2. Mereka adalah hewan karnivora atau pemakan daging. Ciri-ciri hewan ini adalah memiliki taring, cakar, dan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman yang tajam.

Sumber makanan untuk konsumen tingkat 2 ini adalah konsumen tingkat 1. Hewan-hewan yang merupakan konsumen tingkat 2 biasanya adalah karnivora yang berukuran relatif kecil, contohnya ular dan musang.

5. Konsumen Tingkat 3

Konsumen Tingkat 3

Konsumen tingkat 3 juga merupakan hewan karnivora. Makanan mereka adalah konsumen tingkat 2. Sehingga, tak heran jika konsumen tingkat 3 ini memiliki badan yang cenderung lebih besar dari pada konsumen tingkat 2.

Selain itu, kemampuan berburu konsumen tingkat 3 juga lebih baik. Indera penciuman, pendengaran, dan penglihatan mereka lebih tajam. Di samping itu, mereka juga memiliki kemampuan khusus, contohnya dapat berlari dengan sangat cepat, terbang, atau memiliki tenaga besar. Contoh konsumen tingkat 3 adalah harimau, elang, dan cheetah.

6. Dekomposer

Dekomposer

Konsumen tingkat akhir dalam rantai makanan adalah dekomposer. Hewan yang merupakan organisme pengurai ini memiliki ukuran tubuh yang kecil. Meski demikian, mereka mampu mengurai hewan maupun tanaman berukuran besar yang telah mati.

Selama proses pembusukan ini terjadi, dekomposer mampu membuat hewan besar menjadi tak berbekas. Senyawa organik dalam hewan tersebut akan dikembalikan kembali ke alam, tanah atau udara tergantung jenisnya.

Sehingga, tanah menjadi subur dan udara mengandung karbondioksida. Dengan demikian, tumbuhan memperoleh zat yang mereka butuhkan untuk menghasilkan makanannya sendiri. Contoh dekomposer adalah cacing, jamur, bakteri, dan serangga kecil.

Contoh dan Penjelasan Rantai Makanan di Hutan Tropis

Contoh dan Penjelasan Rantai Makanan di Hutan Tropis

Untuk lebih memahami rantai makanan di hutan tropis, Anda dapat memperhatikan beberapa contoh di bawah ini:

1. Sinar Matahari – Rumput – Rusa – Singa – Dekomposer

 

Rumput, sebagai produsen, tumbuh subur dengan bantuan sinar matahari. Rumput hijau yang subur ini dimakan oleh rusa yang merupakan herbivora dan konsumen tingkat 1. Selanjutnya, rusa tersebut akan dimangsa oleh singa yang merupakan karnivora.

Dalam rantai makanan ini, tidak ada konsumen tingkat 3 karena singa merupakan konsumen tingkat tertinggi. Tidak ada hewan lain yang memangsa singa. Sehingga, saat singa mati, mereka akan membusuk dan diurai oleh dekomposer.

2. Sinar Matahari – Rumput – Kambing – Harimau – Dekomposer

Sama seperti contoh rantai makanan pertama, contoh rantai makanan di hutan ini juga diawali dengan sinar matahari dan rumput sebagai produsen. Selanjutnya, kambing akan memakan rumput tersebut dan harimau akan memangsa si kambing.

Baca Juga :  Pengertia Hutan Rawa Beserta Ciri, Jenis, Manfaat Dan Persebarannya

Harimau adalah konsumen tingkat tertinggi. Sehingga, tidak ada karnivora lain yang akan memakannya. Setelah harimau tersebut mati, dekomposer akan mengurai bangkai harimau menjadi zat hara dan melepaskan gas-gas yang berasal dari dalam tubuhnya ke atmosfer.

3. Sinar Matahari – Pohon Buah-Buahan – Monyet – Ular Phyton – Dekomposer

Hutan tropis yang kaya akan pohon buah-buahan membuat monyet dapat makan dengan kenyang kapan saja. Meski demikian, hidup monyet ini tidak tenang karena ancaman ular phyton yang melata di pepohonan.

Jika monyet lengah, ular tersebut akan memangsanya. Ular phyton adalah binatang yang besar. Sehingga, ia menjadi konsumen tertinggi dalam contoh rantai makanan ini. Ketika ular ini mati, dekomposer atau organisme pengurai akan langsung menguraikannya.

Sehingga, energi makanan akan kembali ke tanah. Nantinya, pohon buah-buahan akan menyerapnya untuk diolah menjadi sumber makanan bagi dirinya sendiri dan makhluk hidup di sekitarnya.

4. Sinar Matahari – Tumbuhan – Tikus – Ular – Elang – Dekomposer

Tumbuhan tertentu yang ada di hutan sering menjadi mangsa tikus. Tumbuhan tersebut biasanya memiliki buah atau umbi yang dapat menjadi sumber energi makanan bagi hewan pengerat ini. Selanjutnya, tikus ini akan dimangsa oleh ular.

Karena ular tersebut bukan konsumen tertinggi, maka hewan ini mendapat ancaman dari elang. Elang akan memakan ular untuk memperoleh energi makanan. Burung inilah yang menjadi konsumen tertinggi. Maka, setelah elang mati, tubuhnya akan diurai oleh dekomposer.

5. Sinar Matahari – Rumput – Belalang – Katak – Ular – Dekomposer

Dalam rantai makanan ini, rumput kembali menjadi produsen. Rumput tidak hanya dimakan oleh kambing dan kelinci saja, namun juga oleh belalang. Serangga ini nantinya akan dimangsa oleh katak. Lalu, katak akan dimangsa oleh ular.

Ular tersebut mungkin akan mati tanpa dimangsa oleh burung elang terlebih dahulu. Bangkai ular ini kemudian akan diurai dan kembali menjadi senyawa organik yang menyuburkan hutan.

6. Sinar Matahari – Tanaman – Ayam – Musang – Ular – Dekomposer

Biji dan buah yang dihasilkan oleh tanaman menjadi sumber energi makanan bagi ayam yang hidup di hutan. Namun, ayam tersebut biasanya tidak dapat selalu menikmati makanannya dengan tenang. Musang akan mengincar dan memangsa ayam ketika ia lapar.

Meski demikian, musang juga mendapat ancaman dari hewan lain, contohnya ular. Sehingga, musang akan dimakan ular. Sebagai konsumen tertinggi dalam rantai makanan ini, ular akan diurai oleh dekomposer jika ia mati.

7. Tanaman – Ulat – Burung Kecil – Burung Elang – Dekomposer

Daun di hutan tropis yang lebat menjadi rumah bagi ulat. Ulat memakan daun tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Namun, kehidupan ulat ini terancam oleh burung. Burung yang lapar akan memangsa ulat.

Dalam rantai makanan ini, burung adalah konsumen tingkat 2 dan memperoleh ancaman dari burung lain yang berukuran lebih besar, yaitu elang. Nantinya, elang yang mati akan membusuk dan terurai dengan sempurna oleh dekomposer.

Pentingnya Setiap Bagian Rantai Makanan

Pentingnya Setiap Bagian Rantai Makanan

Setiap bagian atau komponen rantai makanan di hutan tersebut penting bagi kelangsungan ekosistem hutan. Jika salah satu hilang atau berkurang jumlahnya, maka keseimbangan ekosistem dapat terganggu.

Contohnya, langkanya harimau karena perburuan menyebabkan rusa dan kambing berkembang biak dengan bebas. Dengan jumlah mereka yang semakin banyak, maka pasokan rumput pada ekosistem ini akan mudah habis.

Gangguan ini juga dapat terjadi jika jumlah produsen berkurang drastis karena penebangan liar. Akibat kurangnya makanan, monyet, rusa, dan herbivora lain akan keluar hutan mencari makanan dan mengganggu kehidupan manusia. Jika mereka tidak memperoleh makanan, jumlah konsumen tingkat 1 ini akan berkurang. Akibatnya, jumlah konsumen yang ada di tingkatan lebih tinggi juga akan berkurang.

Oleh karena itu, rantai makanan di hutan harus dijaga agar tidak terganggu. Rantai makanan yang baik berbentuk seperti piramida. Bagian yang paling lebar atau paling banyak adalah produsen (pohon buah, rumput, dan tumbuhan lain). Selanjutnya, jumlah konsumen mengerucut di setiap tingkatan. Sehingga, kelangkaan dan gangguan lain tidak akan terjadi.

Jalan satu-satunya untuk menjaganya adalah dengan melestarikan hutan tropis. Penebangan liar harus ditindak tegas dan perburuan hewan liar juga harus dihentikan. Di samping itu, pemerintah bersama masyarakat harus melakukan langkah restorasi sehingga hutan menghijau kembali.

Semoga seluruh bahasan tentang rantai makanan di hutan tersebut memberi manfaat bagi Anda. Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan, terutama hutan tropis di Indonesia. Sehingga, manusia, hewan, dan tumbuhan dapat hidup berdampingan tanpa terganggu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *